Sejarah Blora dari Masa Ke Masa
ENSIKLOPEDIA BLORA
![Ulang Tahun Blora Ulang Tahun Blora](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-qVaEvog3mf4infCUfL7LtQoygGZ7GyV8UuI7LoeRQvLZiwjGzDU_FbwFAWK76JOOEQBQTzYWKFlzyFIhmefJwPkX8kYqGIoI7jDHgs2eaozKwrMqSqBiMGOyUaxUkX3ivESulmaNHLGo/s200/Sukiman0218.jpg)
- masa prasejarah
- masa pengaruh hindhu budha
- masa pengaruh islam
- masa kolonial
- masa pasca kemerdekaan
ENSIKLOPEDIA BLORA- Cagar Budaya Blora pada masa prasejarah
Peninggalan masa prasejarah ditemukan fosil kepala kerbau di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kredenan. Penemuan lain di Desa Jiken, Kecamatan Jiken berupa batu bulat berdiameter 20 cm berbahan batu lokal. Diperkirakan batu tersebut, dipakai untuk berburu binatang. Bola diikatkan pada tali, kemudian dilempar ke kaki binatang. Di Kecamatan yang sama, di Desa Bleboh, ditemukan kubur peti batu di hutan jati daerah setempat. Kubur peti batu tersebut merupakan salah satu bangunan Megalitikum, yang muncul pada masa perundagian pada sekitar 500 SM. Didirikannya bangunan pada masa megalitikum menunjukkan, bahwa daerah tersebut merupakan pusat pemujaan yang memiliki kekuatan supranatural.
Ketika itu, Eugine Dubois tidak berhasil mengumpullkan fosil pithecantropus secara utuh, melainkan hanya tempurung tengkorak, tulang paha atas dan tiga giginya saja. Dan sampai saat ini belum ditemukan bukti yang jelas bahwa ketiga tulang tersebut berasal dari spesies yang sama. Sebuah laporan berisi 342 halaman di tulis pada waktu itu tentang keraguan validitas penemuan tersebut. Meskipun demikian manusia jawa masih dapat di temuukan di buku2 pelajaran saat ini. Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di Desa Ngandong, desa di Blora selatan ( yang lebih sering di anggap sebagai wilayah ngawi ). Fosil berupa tempurung tengkorak manusia ini di temukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigwald, seorang ahli paleontologi dari Berlin, pada tahun 1936. Sampai temuan manusia yang lebih tua lainnya ditemukan di Great Rift Valley, Kenya, temuan Dubois dan Koenigswald merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori Evolusi Charles Darwin dan Alfred russel Wallace. Banyak Ilmuwan saat itu juga mengajukan teori bahwa manusia jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dan manusia modern saat ini. Saat ini, antropolog bersepakat bahwa leluhur manusia saat ini adalah Homo Erectus yang hidup di Afrika ( sekarang dianggap sebagai spesies tersendiri Homo Ergaster ).
ENSIKLOPEDIA BLORA- Cagar Budaya Blora pada masa pengaruh Hindhu Budha
Blora juga menyimpan situs masa Hindu Budha berupa arca Ganesha, Siwa Mahadewa, Agastya, Nandiswaradan arca lain yang ditemukan di Kecamatan Blora sulit diidentifikasi karena sudah aus. Tumpukan batu bata kuno dan dua antefik atau hiasan pada atap yang berasal dari tanah liat bakar di temukan di Kuwung, Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan. penemuan Antefik tersebut menunjukkan, bahwa dahulu ada bangunan candi di daerah itu dengan lokasi daerah yang relatif tinggi. di Desa bandungrejo, Kecamatan Ngawen juga ditemukan lumpang batu yang berfungsi untuk menumbuk biji-bijian sekaligus sebagai benda religi. Menurut cerita, nama Blora berasal dari kata belor (lumpur) yang berkembang menjadi mbeloran. Ada juga yang melihat dari kata wai ( air ) yang lorah ( jurang/dataran rendah ), sehingga disebut wailorah atau bailorah yang kemudian berkembang menjadi balora atau Blora. hari jadi kabupaten ini pada 11 Desember 1749. Wilayah yang di dominasi oleh hutan jati ini tidak pernah lepas dari konflik kepentingan dari zaman ke zaman. Sejak zaman kerajaan demak, Mataram hingga sekarang wilayah ini menjadi primadona karena hasil buminya.
ENSIKLOPEDIA BLORA- Cagar Budaya Blora pada masa pengaruh Islam
Pada masa pengaruh islam, juga ditemukan kitab tafsir Jalalain, kitab Ushul dan kitab Ushul Fiqh seluruhnya tulisan tangan dan saat ini kitab2 tersebut berada di museum mahameru Blora.
ENSIKLOPEDIA BLORA- Cagar Budaya Blora pada masa Kolonial
Pada masa pengaruh Kolonial, di Blora ditemukan Peples Tentara, senapan VOC,lubang ventilasi,radio,klise foto berbahan kaca, piring KNIL dan filter air yang ditemukan di Kelurahan Kunden, Kecamatan Blora. Alat tersebut dibuat di Inggris dan diperkirakan berasal dari awal abad ke-19. Di desa Kunden juga ditemukan pot bunga yang terbuat dari keramik yang di perkirakan di buat pada masa dinasti Ming1368-1643 M. Sejumlah benda bersejarah lainnya juga dapat ditemukan di Kabupaten Blora seperti makan Sunan janjang yang terletak di desa janjang kecamatan Jiken. Bentuk makam dan nisannya secara keseluruhan termasuk bahan bangunan yang memiliki nilai sejarah tinngi. Peninggalan Belanda sampai sekarang juga masih dapat disaksikan langsung, yakni stasiun Kereta api dan lokomotif di kecamatan Cepu. jalur pertama Semarang - Kedungjati diresmikan tahun 1871.
ENSIKLOPEDIA BLORA- Cagar Budaya Blora pada masa Era modern
Dalam sejarah modern nya, Blora juga mencatat suatu konflik menarik. Tokoh Samin Surosentiko memusingkan pihak berwenang Hindia Belanda di awal abad ke-20 melalui ajaran2 perlawanan tanpa kekerasan, diantaranya :
*Menolak Membayar Pajak*
Ia mulai mengembangkan dan menyebarkan ajarannya pada tahun 1890 di Desa Klopoduwur. Banyak orang desa di wilayah sekitarnya, antara lain dari Tapelan datang berguru. Pemerintah Kolonial saat itu belum tertarik karena merebaknya kepercayaan yang mengakibatkan berkumpulnya orang itu belum dianggap mengganggu keamanan. Pada 8 November 1907, Ki Samin di angkat oleh pengikutnya menjadi Ratu Adil dengan gelar Panembahan Suryangalam. Empat puluh hari kemudian ndara seten ( Asisten Wedana, Camat ) Randublatung, raden Pranala menangkap dan menahannya di bekas tobong (tempat pembakaran batu gamping ). Ia kemudian dibawa ke Rembang, diinterogasi dan bersama delapan pengikutnya dibuang ke luar Jawa, tepatnya di Sumatra, dengan tuduhan penghasutan dan pendurhakaan ( sedition )
Kasus sejarah lain adalah kasus "Dukun Sakti" Mbah Suro di perbatasan Blora-Bojonegoro pada 1967. Peristiwa yang berakhir dengan berdarah2, termasuk tewasnya mbah Suro, dan di tahannya ratusan orang itu sempat menggegerkan Tanah Air.
Selain Konflik, Blora dan Bojonegoro sering disebut sebagai " daerah paling miskin di jawa " Ini sebenarnya adalah Ironi, karena sebenarnya daerah tersebut kaya sumber daya alam. Dalam buku The History of Java ( 1817 ), Sir Thomas Raffles pun mengakui betapa daerah Blora, Rembang dan Bojonegoro adalah daerah penghasil kayu terbaik di dunia.
Cerita tentang kraton Solo dan Yokyakarta yang menggunakan kayu jati terbaik dari Blora juga sudah banyak di ketahui. Kuatnya pengaruh kedua Kraton pecahan Mataram tersebut, tercermin di makam Bupati Blora Tempoe Doeloe di Ngadipurwo, yang kawasannya menjadi dua kawasan.Hal lain yang perlu di catat adalah :
- waktu mataram di perintah Panembahan Senopati ( 1586-1601 ), Blora termasuk wilayah Mataram Bagian Timur yang disebut daerah Bang Wetan.
- Pada waktu masa Raja Sultan Agung (1613-1645) mengadakan pembagian wilayah, Blora termasuk wilayah mancanegara Timur.
- Pada masa Pemerintahan Paku Buwono I (1740-1719) daerah Blora diberikan kepada putranya Pangeran Blitar sebagai Apanage dan diberi gelar Adipati.
- Pada waktu Mataram dibawah paku Buwono II (1727-1749), terjadilah perlawanan Mas Said dan Mangkubumi, pada saat itu paku Buwono II di bantu oleh kompeni. Mangkubumi berhasil menguasai Sukowati, Grobogan, Demak, Blora dan Yokyakarta.Mangkubumi kemudian diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yokyakarta. Menurut buku Kutharama pengangkatannya terjadi pada hari jumat legi 1 Sura tahun Alib 1675 ataau tanggal 11 desember 1749. Bersamaan naik tahtahnya Mangkubumi diadakan pengangkatan pejabat termasuk pengangkatan Wilatikta menjadi Bupati Blora dengan pangkat Tumenggung. Berdasarkan sejarah tersebut maka pengangkatan Wilatikta menjadi Bupati Blora dengan pangkat Tumenggung Perang Mangkubumi pada tanggal 11 Desember 1749 atau bertepatan dengan 2 Suro tahun Alib 1675 dijadikan hari jadi kota Blora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar